Tim SAR Jabar Tambah 3 Hari Pencarian Korban Lion Air

sar jabar

topmetro.news – Tim SAR Jabar menambah waktu selama tiga hari ke depan pencarian korban dan puing pesawat Lion Air PK-LQP. Penambahan waktu ini hingga pada hari ke-13 atau Sabtu (10/11/2018) mendatang.

Sedangkan, tim pencarian yang dibantu oleh personel TNI dan Polri telah menghentikan pencarian korban dan serpihan pesawat pada hari ke-10. Atau Rabu (7/11/2018) sore tadi.

BACA JUGA: Bagian Kokpit Lion Air JT 610 Tiba di Jakarta

Optimisme SAR Jabar

“Sesuai arahan Kepala Basarnas, khusus Tim SAR masih melanjutkan pencarian hingga tiga hari ke depan,” ujar Kepala SAR Jabar Deden Ridwansyah, di Posko Pantai Tanjung Pakis, Kabupaten Karawang, Rabu (7/11/2018).

Dia menjelaskan, pihaknya masih optimis dapat menemukan serpihan pesawat atau pun ‘body part’ penumpang Lion Air.

Ditengarai, setelah 10 hari jatuhnya pesawat Lion Air, puing pesawat ataupun ‘body part’ korban yang mengambang telah terbawa arus gelombang laut. Diperkirakan hingga ke pesisir Pantai Tanjung Karawang dan pesisir Pantai Muaragembong, Kabupaten Bekasi.

“Selama tiga hari ke depan kami optimalkan pencarian ke pesisir pantai ke arah barat. Yakni Muaragembong dan ke arah timur yakni pesisir Subang,” ungkapnya.

Tim SAR Jabar tak lupa mengapresiasi terhadap personel TNI dan Polri yang telah membantu melakukan pencarian di Posko Pantai Tanjung Pakis hingga hari ke-10.

“Kami sangat berterima kasih dan apresiasi terhadap personel TNI dan Polri yang turut membantu pencarian korban selama sepuluh hari kemarin,” ungkapnya.

Menurutnya, para personel TNI dan Polri mempunyai tugas dan tanggung jawab lain yang mesti dilakukan. Itu sebabnya, mereka melakukan penghentian pencarian pada hari kesepuluh ini.

Kerusakan Sensor Lion Air

Sementara Komite Nasional Keselamatan Transportasi terus menggali penyebab kecelakaan pesawat Lion Air PK-LQP pada 29 Oktober 2018 lalu. Dari hasil analisa terhadap black box Flight Data Recorder (FDR) yang sudah ditemukan, ternyata ada kerusakan pesawat pada bagian penunjuk kecepatan (airspeed indicator) di empat penerbangan terakhir. Termasuk penerbangan saat terjadinya kecelaakaan.

Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono menyampaikan, pada penerbangan dari Bali ke Jakarta atau sebelum terjadinya kecelakaan, tercatat ada perbedaan Angle of Attack (AOA) sensor antara yang ada di pilot dan co-pilot. Sehingga penunjuk kecepatan di pesawat menjadi tidak tepat. AOA sendiri merupakan indikator penunjuk sikap (attitude) pesawat terhadap arah aliran udara.

“AOA sensor telah diganti di Bali pada tanggal 28 Oktober, setelah pilot melaporkan adanya kerusakan penunjuk kecepatan. Selanjutnya pada penerbangan dari Bali ke Jakarta, muncul perbedaan penunjukkan AOA, di mana AOA sebelah kiri berbeda 20 derajat dibanding yang kanan. Ini membuat data di penunjuk kecepatan menjadi tidak tepat,” kata Soerjanto Tjahjono, di Kantor KNKT, Jakarta, Rabu (7/11/2018).

Pilot penerbangan dari Bali ke Jakarta, menurutnya, telah melakukan beberapa prosedur dan akhirnya dapat mengatasi masalah dan pesawat berhasil mendarat di Jakarta.

Soerjanto menambahkan, AOA sensor yang dilepas di Bali juga sudah dibawa ke kantor KNKT. Selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan di pabrik komponen tersebut di Chicago, Amerika Serikat (AS). (TMN)

sumber: beritasatu.com

Related posts

Leave a Comment